Feathering.
Feathering
adalah perubahan sudut pitch. Perubahan ini dapat dikendalikan baik
oleh collective maupun cyclic. Dengan demikian, feathering adalah
untuk mengurangi atau menambah Total Rotor Thrust.
Flapping.
Flapping
adalah gerakan daun-daun rotor keatas dan kebawah terhadap rotor hub.
Flapping ini akan terjadi apabila terdapat prubahan pada kedudukan
collective atau cyclic, prubahan dalam rpm rotor, prubahan pada
kecepatan dan arah yang terjadi pada keadaan-keadaan tertentu. Pada
helicopter berdaun rotor dua, tidak mempunyai poros flapping.
Kedua daun rotor terikat erat pada rotor head. Flapping
dimungkinkan karena adanya system see saw. Rotor head itu saja yang
bergerak keattas dan kebawah sebagai ganti dari flapping.
Untuk
dapat flapping, maka pada rotor head – kecuali pada system rigid
dan yang berdaun rotor dua – diperlengkapi dengan poros flapping.
Adapun guna dan pengaruh poros flapping adalah:
1. Memungkikan
miringnya piringan tanpa memiringkan mast.
2. Menghilangkan lenturan pada
pangkal daun-daun rotor dan memungkinkan untuk bebas bergerak keatas
dan kebawah serta membentuk kerucut.
3. Gerakan bebas untuk flapping ini,
memungkinkan daun-daun rotor mengurangi kepekaan terhadap angin nakal
(misalnya apabila daun-daun rotor bergerak keatas, ia akan merubah
lintasannya dan mengurangi angle of attack dan gaya angkatnya
karenanya memabatasi besarnya flapping).
4. Pada helicopter yang mempunyai
daun-daun rotor utama tunggal, poros flapping terutama untuk
mengatasi adanya beban centrifugal yang tinggi.
5. Pergerakan bebas dari daun-daun
rotor untuk flapping tergantung pada kekuatan centrifugal pada
kedudukan dan kekauannya.
6. Poros flapping memperkanalkan
keadaan dinamik, terkenal sebagai Geometric unbalance yang
menyebabkan tekanan lenturan pada pangkal daun-daun rotor pada bidang
putaran (hal ini akan diterangkan kemudian).
7. Keadaan geometric unbalance timbul
apabila ujung lintasan daun rotor dan bidang putaran hub tidak
sejajar.
8. Agar supaya dapat mempertahankan
kecapatan perputarannya secara teratur.
Dragging.
Dragging
adalah gerakan bebas (namun mengikuti hokum hukum tertentu) dari
tiap tiap daun rotor terhadap bidang putaran. Untuk mencegah
tekanan lentur pada pangkal daun-daun rotor, maka daun-daun rotor
diberi kebebasan bergerak pada poros vertical, tetapi gerakannya
dibatasi untuk mencegah getaran-getaran yang tidak kita inginkan.
Pada
sementara helicopter dengan dua daun rotor tidak mempunyai peredam
drag ini, tetapi setiap daun rotor mempunyai peredam drag, yaitu
untuk menyerap tekanan-tekanan drag. Untuk dapat dragging, pada
rotor head diperlengkapi dengan poros dragging. Adapun guna
pengaruh poros dragging adalah sebagai berikut:
1. Membebaskan tekanan yang disebabkan
geometric unbalance.
2. Membebaskan tekanan yang disebabkan
oleh percepatan rpm yang tiba-tiba.
3. Untuk mengatasi tekanan centrifugal
yang tinggi.
4. Adanya poros dragging menimbulkan
problem resonance.
Dragging
terjadi karena:
1. Perubahan drag secara berkala,
apabila helicopter bergerak secara horizontal, maka angle of attack
tiap-tiap daun rotor harus berubah secara teratur untuk
memperrtahankan kedudukan piringan daun-daun rotor. Pergantian
angle of attack ini mengakibatkan pergantian rotor drag, menyebabkan
adanya gerakan yang mendahului dan gerakan yang terlambat, yaitu
kecepatan yang makin naik dan kecepatan menurun.
2. Geometric unbalance, apabila
helicopter masih ditanah, maka radius pusat gaya berat daun-daun
rotor relative terletak pada sumbu putaran dan akan tetap selama
daun-daun rotor berputar. Apabila cyclic digerakan, salah satu
daun rotor akan naik dan lainnya akan akan turun untuk mengahasilkan
perubahan dalam kedudukan piringan. Kalau helicopter masih didarat,
sumbu putaran tidak akan berubah. Dengan demikian radius pusat
gaya berat tiap-tiap daun rotor yang relative terletak pada hub akan
selalu berubah selama menempuh putaran 360°.
Berdasarkan hokum kekekalan angular
momentum, maka apabila jari-jari piringan daunrotor mengecil,
daun-daun rotor mengecil, daun-daun rotor akan mencoba untuk
mempercepat diri dan apabila jari-jari piringan daun rotor membesar,
daun-daun rotor akan berusaha untuk memperlambat diri, pengaruh yang
samaakan terjadi apabila helicopter terbang kedepan.
3. Hookes Joint Effect. Effect ini
sulit untuk dijelaskan, tetapi dasarnya adalah gerakan-gerakan dari
tiap daun rotor untuk menempatkan kembali pada kedudukannya relative
terhadap daun rotor lainnya, apabila cyclic digerakan. Pengaruhnya
mirip dengan gerakan pusat gaya berat daun-daun rotor yaitu relative
ke hub seperti terdapat pada geometric unbalance. Bayangkan bahwa
daun-daun rotor berputar pada keadaan tidak ada angin.
System
Daun-daun Rotor Helikopter.
Ada
tiga macam system daun-daun rotor utama helicopter:
1. Fully Articulated Rotor Head.
Daun-daun rotor dapat bergerak secara feather, flap dan drag dan ini
dilakukan sendiri-sendiri. Contoh terdapat pada pesawat-pesawat:
Hughes 500, Mi-4 dan lain-lain.
2. Semi Rigid Rotor Head. Daun daun
rotor dapat bergerak secara feather, flap (secara system see saw).
Contoh pada pesawat Bell 47, jet ranger.
3. Rigid Rotor Head. Daun-daun rotor
hanya dapat bergerak secara feather. Dragging dan flapping dilayani
oleh daya lentur daun-daun rotor. Rigid membutuhkan bahan-bahan
yang kuat, tetapi mempunyai daya lentur yang tinggi. Contoh pada
Bolkow 105.