Helikopter merupakan pesawat yang mempunyai karakter khusus dan unik. Perfomance dan rancangannya sangat berbeda dengan pesawat bersayap tetap/fixed wing.
Vertical take off landing (VTOL) adalah salah satu keunggulan yang menjadikan helikopter sebagai pesawat dengan kemampuan khusus. Keunggulan inilah yang membuat pergerakan helikopter mempunyai flexibilitas tinggi, bisa mencapai dan mendarat di area terbatas yang tidak disiapkan sebagai runway atau landasan pacu yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh pesawat fixed wing.
Ada beberapa specialisasi gerakan maupun jenis latihan yang hanya bisa dilakukan oleh helikopter diantaranya Hover, Vertical take off landing, Confinned Area, Pinnacle ridgeline, Hoist, Past roof, Rafeling dan Sling.
Hover.
Gerakan hover merupakan dasar dari teknik menerbangkan helikopter. Mungkin Banyak yang beranggapan bahwa gerakan ini terlihat sangat gampang karena sifatnya yang statis, namun kenyataannya tak seperti yang terlihat, bahkan bisa dibilang hover merupakan gerakan yang paling sulit dan complicated. Koordinasi tangan kanan mengendalikan cyclic/stick, tangan kiri mengatur collective dan kedua kaki yang harus selalu responship terhadap segala perubahan heading/arah pesawat dengan menginjak pedal membuat Pilot harus konsentrasi penuh.
Helikopter bisa terbang seakan mengambang dengan ketinggian dan arah yang tetap membutuhkan pengertian dan pemahaman terhadap aerodinamika yang terjadi. Perlu kita ketahui beberapa gaya yang dimiliki oleh helikopter pada saat hover. Untuk membentuk konfigurasi pesawat supaya bisa hover maka pilot harus menyeimbangkan gaya-gaya tersebut sehingga jumlahnya adalah nol.
Gaya dorong (trust) harus seimbang dengan gaya hambat (drag). Gaya angkat juga harus sama nilainya dengan gaya gravitasi/berat (weight) helikopter. Selain itu pilot juga harus mengarahkan pesawat terhadap satu titik sehingga gaya yawing kiri juga harus seimbang dengan yawing kanan.
Vertical Take Off Landing (VTOL)
Latihan ini disebut juga dengan Pattern ataupun touch and go. Pattern yang dilaksanakan hampir sama dengan yang dilaksanakan oleh pesawat fixed wing dimana dalam pola pattern pesawat harus melewati cross wind, down wind, base leg dan final approach. Yang menjadi perbedaan dan ini menjadi kekhususan helikopter adalah vertical take off landing.
Apabila dilihat dari gerakannya secara kasat mata memang terlihat sama dimana pada saat take off helikopter harus mampu terbang dengan mempertahankan arah diikuti dengan bertambahnya kecepatan dan ketinggian. Namun secara teknik hal ini sangat berbeda dengan pesawat fixed wing bahkan sangat berlawanan. Pesawat fixed wing untuk menambah kecepatan dan ketinggian dilakukan dengan menambah power ke arah depan dan menarik stick ke belakang. Lain dengan gerakan yang dilakukan oleh Pilot helikopter, untuk menambah kecepatan dan ketinggian harus mengangkat collective/power keatas dan mendorong cyclic/stick kedepan, tentunya dengan teknik tertentu.
Begitu pula dengan landing, helikopter melaksanakan approach landing dengan cara menambah power dan mendorong stick sedangkan fixed wing dengan cara mengurangi power dan menarik stick ke belakang sehingga membentuk konfigurasi landing.
VTOL yang dilaksanakan saat latihan terbang dengan helikopter mempunyai peranan penting sebagai teknik dasar yang harus dimiliki oleh Pilot untuk dapat mendaratkan helikopter di spot terbatas.
Confinned Area.
Confinned area berasal dari bahasa inggris yang berarti area terbatas. Latihan ini disebut confinned area karena latihan dilaksanakan di area yang tidak disiapkan sebagai landasan pacu / runway yang tentunya dengan kondisi yang terbatas sehingga prosesnya harus melalui beberapa tahap sebagai persiapan pendaratan.
Latihan CA diawali dengan High Reccognaisance (recce), Low recce, Pattern Configuration, dummy approach, pattern, approach, ground recce dan landing. Tahapan demi tahapan tentunya mempunyai arti dan maksud tertentu sesuai dengan kebutuhan yang akan menjadi bahan evaluasi pilot dalam memutuskan apakah tempat terbatas tersebut layak untuk didarati atau tidak.
High recce merupakan pengamatan terhadap spot yang akan dilandingi dari ketinggian yang cukup tinggi atau kira-kira dari ketinggian dimana kita akan melaksanakan phase down wind yaitu kurang lebih 500 feet AGL (Above Ground Level). Dalam phase ini Pilot mengamati 5 aspek yang akan menentukan dari arah mana dan dengan tipe approach apa helikopter akan kita landingkan. Lima hal tersebut sering dikenal dengan “5S” yaitu Size(ukuran), Shape(bentuk), Souround(lingkungan sekitar), Surface(permukaan) dan Slope(kemiringan spot).
Latihan dilanjutkan dengan low recce. Pelaksanaannya sama dengan high recce namun dengan ketinggian lebih rendah. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi spot benar-benar aman untuk dilandingi.
Setelah pengidentifikasian selesai maka pilot bisa menentukan dari arah mana bisa landing dan dengan cara bagaimana.
Pinnacle and Ridgeline.
Tahap-tahapan latihan pinnacle and ridgeline tidak berbeda dengan latihan confinned area hanya saja latihan PR dilaksanakan di puncak gunung dan area perbukitan. Hal ini sesuai dengan namanya yaitu pinnacle and ridgeline yang berarti puncak gunung dan garis bukit.
Faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan approach landing sama dengan latihan CA, namun karena kondisi pegunungan yang relatif rawan terhadap terjadinya kecelakaan maka menuntut Pilot lebih konsntrasi dalam mendaratkan helikopter. Angin pegunungan yang lebih kencang dan tidak beraturan berpotensi terjadinya up draft dan down draft yang sewaktu-waktu bisa menghempaskan helikopter bila hal tersebut tidak diantisipasi. Tingkat kesulitan yang dirasakan paling rentan terjadinya kecelakaan yaitu pada saat short final approach.
Hoist
Latihan hoist merupakan latihan yang biasanya digunakan sebagai persiapan dalam operasi SAR (Search and Rescue). Hal ini sangat penting dimiliki oleh seorang pilot helikopter karena operasi ini sangat identik dengan pesawat helikopter yang mempunyai keunggulan dalam hal penyelamatan. Dalam laihan ini pilot dituntut dapat mengendalikan pesawat secara steady dan stabil sehingga proses penyelamatan bisa terlaksana dengan aman dan lancar. Selain keahlian pilot dalam mengendalikan pesawat, latihan ini juga membutuhkan suatu sistem komunikasi yang tepat antara pilot dengan regu penyelamat.
Keunikan dan keunggulan helikopter tentunya membutuhkan orang yang mampu mengopersikan secara aik dan tepat. Hal ini tentunya membutuhkan proses pelatihan yang unik, khusus dan handal. Selain jenis latihan yang khusus tadi ada beberapa latihan yang pada dasarnya biasa dilakukan baik oleh pilot pesawat fixed wing maupun helikopter, diantanya yaitu latihan navigasi, instrument, searching, terbang malam.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Ps Frens komentarmu sangat berarti bagi kemajuan dan keselamatan Penerbangan Indonesia."shArE aND think IT diFFerent"
Note: Only a member of this blog may post a comment.