(MDN), Jakarta - Wahana udara tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV)   akan semakin diefektifkan pemakaiannya, terutama di kawasan perbatasan   negara. Penetapan pada wahana ini menjadi salah satu strategi  pertahanan  negara oleh pemerintah.
 
"Salah   satunya dengan semakin mengefektifkan UAV itu. Akan juga dipergunakan  di  perbatasan," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, di  Jakarta,  Selasa. Dia menjadi salah satu pembicara kunci seminar Air Power Club of Indonesia sebagai rangkaian HUT ke-66 TNI-AU.
UAV   merupakan wahana udara yang bisa dijadikan arsenal di garis depan  untuk  mengumpulkan data intelijen primer. Pemakaian UAV ini bisa   dikombinasikan dengan sistem transmisi data seketika dan sistem komando   persenjataan yang terintegrasi dengan arsenal lain.
Banyak   negara telah memakai UAV ini, mulai dari Amerika Serikat sampai   negara-negara di Afrika. Salah satu negara produsen UAV ternama dunia   adalah Israel yang membuat wahana dan sistem pengendali UAV Heron.
Menurut   Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, UAV yang akan diakusisi   dalam arsenal matra udara TNI itu adalah yang terbaik di kelas  harganya.  "Mengoperasikannya jelas tidak seperti menerbangkan pesawat  radio  kontrol," katanya.
Saat   disinggung mengombinasikannya dengan kesenjataan konvensional ataupun   inkonvensional, dia mengakui bahwa, "Kita belum mampu. Namun nanti  pasti  dikembangkan."
Dalam   daftar kesenjataan yang akan dimiliki TNI-AU, UAV telah masuk di   dalamnya. Direncanakan, UAV itu akan tiba di Tanah Air dalam waktu tidak   lama lagi, dan akan ditempatkan di Pangkalan Udara TNI-AU Supadio,   Pontianak.
Salah   satu area yang bisa dianggap pas untuk dijadikan pangkalan UAV TNI-AU   itu adalah Lapangan Terbang Haliwen, di Atambua, NTT. Lapangan udara   perintis namun bisa didarati C-130 Hercules atau Fokker F-50 itu hanya berjarak 30 menit penerbangan dari Dili, ibukota negara Timor Timur.
Sumber: Antara