INSPIRASI DAN MOTIVASI SELEKSI TNI

Banyak hal yang tidak terduga di dunia ini. Seluruh aspek kehidupan saling mendukung satu dengan yang lainnya menjadi suatu kekuatan alam yang akan mampu menciptakan sesuatu hal mustahil menjadi kenyataan. Ada beberapa peristiwa menarik yang bisa menjadi inspirasi anda dalam meniti langkah sukses dan bukan hal yang tidak mungkin hal tersebut akan terjadi kepada anda.

Pilihan Tepat. (Cerita pengalaman Penulis dalam menentukan pilihan)

Seleksi menjadi Prajurit TNI pada tahun 2000, saat saya lulus SMA bertepatan dengan dilaksanakannya seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Hal ini merupakan dilemma besar karena penulis dihadapkan dua pilihan penting dan menentukan antara mengikuti UMPTN atau seleksi Taruna Akademi TNI.

Tempat tinggal saya terletak di Sumedang yang jaraknya lumayan jauh dari Bandung, tempat pelaksanaan seleksi Taruna Akademi TNI (dulu masih dilaksanakan gabungan, sekarang sudah terbagi pada masing-masing matra Darat, Laut dan Udara) menuntut saya harus mampu bersikap efektif dan efisien dalam mempertimbangkan waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk pelaksanaan tes tersebut.

Alhamdulillah, akhirnya setelah menjalani berbagai tes di Bandung saya mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan seleksi tahap akhir (Pantukhir) di tingkat daerah. Namun kabar gembira ini menghadapkan saya pada masalah baru yaitu jadwal Pantohir hampir bersamaan dengan seleksi UMPTN. Kondisi ini sebetulnya masih memungkinkan untuk dilaksanakan kedua-duanya namun dengan resiko akan mengalami kelelahan dan kekurangan waktu mempersiapkan pantukhir. Sungguh berat untuk memutuskan sehingga saya pun berusaha untuk mencoba kedua-duanya.

Sehari sebelum pelaksanaan UMPTN, saya berangkat ke Bandung bergabung dengan rekan-rekan yang telah lebih dahulu ngekost, karena mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di Bandung. Pada saat itu bimbel bagi saya masih menjadi pertimbangan karena selama itu juga masih harus bolak-balik Sumedang-Bandung mengikuti tes seleksi menjadi Taruna Akademi TNI.

Waktu tes keduanya semakin mepet membuat saya harus berpikir keras. Konsentrasi belajar pun terganggu dan pada  akhirnya saya memohon kepada Allah SWT agar diberikan pilihan yang terbaik dan tepat bagi karir saya di masa depan.

Alhamdulillah, saya mendapat ketetapan hati disaat berserah diri atas apa yang akan terjadi. Keyakinan yang saya rasakan saat itu adalah keberhasilan menjadi Prajurit TNI, oleh karena itu pilihan saya adalah mengikuti pantukhir Taruna Akademi TNI. Untuk itu saya mengabarkan hal tersebut kepada orang tua yang berada di Sumedang, saya menjelaskan telah berketetapan hati untuk pulang ke Sumedang guna mempersiapkan pantukhir yang tinggal 2 hari lagi, orang tuapun mendukung sepenuhnya pilihan yang saya ambil.

Akhirnya hari itu juga saya berpamitan kepada rekan-rekan yang ada di tempat kost. Peralatan yang sudah saya siapkan untuk UMPTN seperti pensil dan alat-alat tulis lainnya saya berikan kepada rekan-rekan yang belum menyiapkannya.

Dengan langkah pasti dan mantap saya pulang ke rumah. Permintaan maaf saya ungkapkan kepada Ibu yang sebenarnya sangat mengharapkan sekali saya lulus UMPTN agar bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri untuk mengikuti jejak kedua kakak yang telah terlebih dahulu kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan) PMDK.

Namun demikian, pilihan saya mengikuti seleksi Taruna Akademi TNI adalah yang dirasa paling tepat dan akan menjadi suatu kebanggaan kedua orang tua kelak.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk-Nya. Dengan bekal persiapan fisik, mental dan tenaga saya pun lulus seleksi tingkat daerah dan berhak mewakili Panitia Daerah (panda) Jawa Barat untuk melaksanakan seleksi pusat di Kota Magelang.

Dari sekitar 600 orang pelamar yang lulus hanya 93 orang. Kesuksesan di tingkat daerah tersebut menjadi modal berharga bagi penulis dalam melaksanakan tes lanjutan tingkat pusat. Alhamdulillah seleksi tingkat pusat pun saya lalui dengan lancar dan mengantarkan penulis menjadi seperti sekarang sebagai Perwira Penerbang di TNI AU.

“Berpikir positif akan mengantarkan kita kepada hasil yang positif, bersikap positif akan mendapat reaksi positif juga dari lingkungan sekitar sehingga mereka pun akan bahu membahu menyatukan kekuatan positif itu untuk kita.”

Allah Punya Rencana Besar.

Pada saat melaksanakan pendidikan sebagai Taruna di AAU saya menjabat sebagai Komandan Elemen Korps yang memungkinkan untuk selalu dekat dengan anak buah. Disela-sela perhatian yang saya berikan pada kegiatan apel malam, saya bertanya kepada salah satu Kopral Karbol yang usianya lebih tua dari saya.

“Kopral, sebelum masuk karbol kamu kuliah dimana?”
“Siap, saya tidak kuliah Dan?”
“Lalu kenapa 22 tahun baru masuk AAU?
“Siap, saya beberapa kali ikut seleksi gagal terus Dan?”
“Seleksi Karbol?”
“Siap tidak Dan, saya pernah ikut seleksi Tamtama, bintara TNI bahkan ikut seleksi POLRI juga”

Cerita ini menarik untuk disampaikan kepada pembaca, jadi si Kopral Karbol ini yang sekarang telah berpangkat Letnan Satu pernah mengalami kegagalan seleksi menjadi prajurit TNI yang terus menerus. Namun ternyata ada suatu campur tangan Tuhan yang turut serta dalam perjalanan hidupnya.

Sebenarnya dia sudah beberapa kali mengikuti seleksi masuk prajurit TNI. Pertama dia mengikuti seleksi Tamtama namun gagal di tahap pertama yaitu kesehatan. Namun setelah kegagalan tersebut dia memperbaiki kekurangannya dan mendaftar kembali, kali ini mendaftar seleksi Bintara (satu tingkat lebih tinggi dari Tamtama). Apabila melihat track record-nya sangat tidak mungkin, Tamtama saja tidak lulus apalagi Bintara yang tingkatnya lebih tinggi, namun kenyataan berkata lain. Berkat perbaikan yang dia lakukan kali ini tes tahap kesehatan berhasil dia lalui walaupun harus tetap bersabar karena kembali gagal di tahap Akademis.

Hal tersebut tidak menjadikannya putus asa, dengan pengalaman yang dia dapatkan pada saat mendaftar sebagai calon prajurit TNI dia mencoba mendaftar seleksi menjadi anggota POLRI, namun hasilnya tetap sama tidak bisa diterima. Rasa khawatir dan cemas pun mulai mengganggu kesehariannya, dia tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk bisa mendaftar karena usianya semakin bertambah, mendekati usia 22 tahun sebagai batas akhir usia pendaftaran.

Melihat pengalamannya yang selalu gagal terus dapat kita bisa simpulkan apabila dia mengikuti seleksi Akademi TNI pasti akan gagal lagi karena proses seleksinya jauh lebih ketat. Namun apa yang dia putuskan untuk ikut seleksi Akademi TNI sangat menakjubkan, ternyata dia berhasil lulus. Segudang pengalaman, pembelajaran dan perbaikan selama dia gagal ternyata membuatnya lebih siap dari pelamar lainnya sehingga mengantarkannya lulus menjadi Karbol AAU (Akademi Angkatan Udara).

Dari apa yang diceritakan di atas, ada beberapa yang menginspirasikan kita tentang sikap pantang menyerah, belajar dari pengalaman, dan pembelajaran merupakan suatu sikap yang harus kita jaga pada saat seleksi.

“Gagal di suatu hal bukan berarti kita gagal di hal yang lain sekalipun hal  tersebut lebih tinggi, lebih kompetitif dan lebih tidak mungkin sekalipun. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Allah maha mengetahui dan mempunyai rencana besar untuk kita”

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Ps Frens komentarmu sangat berarti bagi kemajuan dan keselamatan Penerbangan Indonesia."shArE aND think IT diFFerent"

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More